Widura IM
Motivasi mempunyai peranan
yang penting pada diri individu baik di strata pimpinan maupun anggota biasa di
organisasi karena merupakan salah satu faktor yang diandalkan dalam pencapaian
tujuan organisasi. Dikatakan mempunyai peranan
yang penting bagi unsur pimpinan, sebab seorang pemimpin dikatakan berhasil
dalam menggerakkan orang lain, apabila mereka mampu menciptakan motivasi yang
tepat bagi bawahan. Motivasi juga
penting bagi bawahan untuk mendorong diri mereka sendiri dalam mencapai tujuan
atau standar kerja. Oleh karena itu,
setiap pemimpin maupun anggota perlu memahami hakikat motivasi, faktor-faktor
yang berpengaruh dalam motivasi, teknik motivasi, dan tidak kalah pentingnya
mengenali karakteristik kelompok individu yang perlu dimotivasi.
Pendekatan
dalam memotivasi bawahan
Ada 5 macam teknik memotivasi
yang dapat digunakan, yaitu ; kekerasan, sikap baik, transaksi, kompetisi dan
internalisasi.
1. Cara kekerasan dilakukan dengan
memanfaatkan wewenang (pemimpin) yang dimiliki dengan teknik memaksa dan ancaman, perintah apa yang harus
dilakukan, tidak pernah bosan mengingatkan aturan, dan sesedikit mungkin
memberikan kebebasan pada bawahan.
Seringkali teknik ini berhasil, khususnya bila situasi yang dihadapi
ambigus atau tidak jelas, atau sistem organisasi belum berjalan stabil. Hanya saja, cara ini memiliki kelemahan yang perlu
diperhatikan. Cara kekerasan dalam memotivasi sering tidak merangsang orang untuk bekerja lebih
baik, melainkan bekerja sekedar menghindari hukuman. Atau, bila berlebihan dapat
menimbulkan sikap perlawanan, sabotase dan merusak, atau bawahan membentuk klik
(komplotan) untuk melindungi diri, maupun terjadinya frustrasi dikalangan
bawahan.
2. Pendekatan
sikap baik, dapat dilakukan dengan mangambil sikap kebapakan atau
menciptakan iklim kerja yang kondusif.
Sikap kebapakan sering berhasil terutama bila ingin menimbulkan semangat
dan loyalitas dari bawahan. Sedangkan
menciptakan iklim kerja kondusif dapat dilakukan dengan cara memberikan kondisi
kerja relatif bebas dan pengawasan yang bersahabat. Teknik ini biasanya dapat membuat bawahan
memiliki kepuasan dan dapat meningkatkan semangat kerja.
3. Pendekatan transakasi, melalui kesepakatan antara
atasan dan bawahan terhadap hasil kerja yang harus dicapai dengan imbalan yang
diberikan oleh atasan.
4. Pendekatan kompetisi, dengan cara
menciptakan persaingan antar anggota/bawahan untuk melaksanakan pekerjaan
sebaik mungkin dengan imbalan kenaikan gaji atau promosi kepada mereka yang
bekerja sangat baik. Kelemahannya, tidak
semua orang mempunyai ambisi untuk menang ; persaingan berlebihan dapat merusak
organisasi ; banyak jenis pekerjaan tertentu sulit mengukur siapa paling
berhasil ; persaingan sering dianggap sebagai penekanan ; bila berlebihan dapat menimbulkan frustasi.
5. Pendekatan
Internalisasi, teknik ini dilakukan melalui
rekayasa lingkungan agar motivasi muncul dari dalam diri tanpa perasaan
tertekan. Misalnya, melalui perubahan
pada situasi pekerjaan itu sendiri dengan memperluas tanggung jawab (job enlargement), atau dengan melakukan
rotasi jabatan/pekerjaan. Cara lain
termasuk pendekatan internalisasi adalah dengan mengembangkan suasana kerja
yang bersahabat dan rasa kebersamaan, serta gaya kepemimpinan yang adaptif
mempertimbangkan tingkat kematangan bawahan dan situasi tugas.
Kelompok bawahan yang perlu
dimotivasi
Setelah mengenal teknik
motivasi yang akan digunakan, perlu juga memahami kelompok orang seperti apa
yang perlu dimotivasi. Karena
kadang-kadang ada kelompok individu yang tidak perlu dimotivasi, karena mereka
sudah dapat memotivasi diri sendiri.
Ditinjau dari tingkat
kematangan, individu dapat diklasifikasikan pada 4 kelompok. Kelompok
belum matang (Immature), biasanya
dicirikan sebagai individu yang tidak efektif ; cenderung menghindari tanggung
jawab ; tidak kompeten ; dan mereka
memang membutuhkan pengarahan dan perintah.
Kelompok
lebih efektif (more effective), umumnya
mereka lebih efektif dibandingkan yang belum matang ; dapat mulai diberi
wewenang dan tanggung jawab walaupun tetap masih perlu diberi instruksi dan
perintah. Kelompok berikutnya adalah individu-individu yang cakap (proficient), yaitu kelompok orang yang
sudah mendekati matang. Umumnya mereka mulai berani mengambil inisiatif, dan
dapat diberi wewenang tanggung jawab lebih besar.
Kelompok terakhir adalah individu yang sudah matang (mature) yang dicirikan oleh perilaku
efektif ; dapat memotivasi diri sendiri ; berkemauan kuat dan siap mengambil tanggung jawab ; kompeten ;
serta mampu mengarahkan diri sendiri untuk bekerja dan berprestasi tinggi.
Teknik individual dalam memotivasi
Seringkali dalam
kenyataannya ditemui bahwa individu tidak dapat dikelompok-kelompokan sesuai
tigkat kematangannya. Untuk itu, perlu
lebih cermat mempelajari karakteristik umum orang yang hendak dimotivasi dan
teknik motivasi yang sesuai dengan cirinya tersebut. Dalam pendekatan ini, ciri-ciri umum orang
dapat dibedakan ke dalam ciri kebutuhan (need
for power), kebutuhan bersahabat (need
for affiliation) dan orang-orang dengan kebutuhan berprestasi (need for achievement). Penekanan pada kebutuhan
tertentu mempengaruhi perilaku seseorang, misalnya orang-orang yang mempunyai
motivasi kekuasaan yang tinggi akan berbeda dengan orang yang motivasi
affiliasinya lebih kuat, atau individu dengan motivasi berprestasi tinggi.
Sehingga teknik pendekatan untuk memotivasinya juga berbeda.
Orang yang didominasi kebutuhan kekuasaan (n’power) dicirikan oleh kecenderungan
membesar-besarkan diri, dan meremehkan orang lain. Selain itu, mereka juga kuat upayanya untuk
berada pada posisi yang berpengaruh ; cenderung blak-blakan, dan
argumentatif. Segi positifnya, umumnya
mereka lancar dalam bicara ; sikapnya tegas ; dan senang berbicara atau
mengajar di depan publik. Yang menarik
adalah bahwa mereka juga senang memberi hadiah maupun nasehat walaupun
sebenarnya orang yang diberi tidak memerlukan, senang mengumpulkan gelar maupun
barang, dan menjadi anggota klub-klub bergengsi.
Untuk memotivasi orang yang didominasi n’power adalah mengajak mereka membahas
tujuan, tugas-tugas, strategi, keputusan dari kelompok kerja. Atau, diberi penugasan yang memungkinkan ia
memimpin, serta kesempatan kewenangan dalam pengambilan keputusan. Cara lainnya, mereka diberi kesempatan
kompensasi di luar jabatan dengan menjadi anggota perkumpulan profesi, kesempatan
memberi konsultasi, atau memimpin kegiatan di lingkungan masyarakat.
Individu-individu yang didominasi oleh kebutuhan persahabatan (n’affiliation) dicirikan oleh
kesenangannya untuk berinteraksi dan berkumpul bersama orang-orang, loyal
terhadap teman dan kelompoknya, kompromis, keinginan bersahabat dan menghindari
konflik terbuka.
Dalam memotivasi mereka, cara yang efektif adalah dengan
menciptakan suasana kerja yang kondusif, jauh dari persaingan dan konflik ;
tidak mengkritiknya terutama di muka umum ; dan, situasi atau tempat kerja
memungkinkan ia dapat berkumpul dengan orang lain. Dalam kelompok kerja, mereka akan lebih
sesuai diberi posisi sebagai “support” (pendukung).
Sedangkan orang yang didominasi oleh kebutuhan untuk berprestasi (n’achievement)
umumnya dicirikan oleh semangat yang kuat, terutama bila mereka dalam posisi
yang unggul (menang) ; selalu menetapkan tujuan/target secara realistik dengan
risiko yang diperhitungkan. Mereka
umumnya tidak membuat target yang muluk-muluk, biasanya targetnya moderat tapi
tetap ada tantangan berdasarkan perhitungan yang mampu ia capai. Selain itu mereka kuat dalam berinisiatif
; mau bertanggung jawab sendiri terhadap
apapun hasil yang dicapainya ; dan, cepat mencari umpan balik untuk memperbaiki
prestasinya. Mereka umumnya tidak pernah
berlama-lama merenungkan kegagalan.
Dalam bekerja mereka tidak semata-mata mengutamakan untuk mendapatkan
uang atau kekuasaan, melainkan demi kepuasan mencapai prestasi yang
ditargetkannya sendiri..
Cara memotivasi yang
dapat digunakan antara lain ; memberikan
otonomi yang cukup luas dan keleluasan untuk memilih cara-caranya sendiri dalam
melakukan pekerjaan. Disamping itu,
mereka juga perlu diberi kesempatan untuk berkembang ; tantangan dengan risiko
yang moderat dan jelas ; target kerja yang realistis ; serta sistem umpan-balik
yang objektif, langsung dan kontinyu.
Penutup
Dalam
menerapkan teknik-teknik motivasi, perlu diperhatikan beberapa faktor ;
seperti, bagaimana karakteristik dan tingkat kematangan bawahan, bagaimana
situasi yang muncul, jenis target yang ingin dicapai, dsb. Misalnya, teknik kekerasan bisa berhasil bila
tingkat kematangan bawahan pada taraf rendah, situasi yang muncul agak ambigus
(tidak terstruktur), dan target yang hendak dicapai dalam waktu tidak terlalu
lama. Tapi bila karakteristik bawahan
berada pada tingkat matang, mungkin keberhasilannya kecil bila teknik kekerasan
digunakan. Satu hal lagi yang perlu
diperhatikan bahwa dalam menerapkan teknik-teknik motivasi perlu
mempertimbangkannya sebagai seni (art),
yang membutuhkan pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar